Analisis Drug Therapy Problem Antituberkulosis di Pelayanan Kefarmasian PUSKESMAS untuk Pencegahan Penularan Tuberkulosis

Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan global. Pengobatan TB memerlukan terapi kombinasi obat antituberkulosis (OAT) yang ketat untuk mencegah resistensi obat dan penularan. Namun, adanya drug therapy problem (DTP) dapat menghambat keberhasilan terapi. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis DTP terkait OAT di pelayanan kefarmasian PUSKESMAS dalam upaya pencegahan penularan TB.
Metodologi
Lokasi dan Populasi Penelitian
Penelitian dilakukan di beberapa PUSKESMAS di wilayah perkotaan dan pedesaan dengan populasi pasien TB yang menerima terapi OAT.
Desain Penelitian
• Studi Observasional: Menggunakan metode deskriptif dengan pengumpulan data secara prospektif dan retrospektif.
• Pengumpulan Data: Melibatkan rekam medis, catatan kefarmasian, dan wawancara dengan pasien dan tenaga kesehatan.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
• Inklusi: Pasien yang menerima terapi OAT lengkap selama periode penelitian.
• Eksklusi: Pasien dengan komorbiditas berat yang mempengaruhi terapi TB.
Analisis Data
Data dianalisis untuk mengidentifikasi jenis dan frekuensi DTP, faktor penyebab, serta dampak klinis dan ekonomi.
Hasil dan Diskusi
Jenis dan Frekuensi Drug Therapy Problem
1. Ketidakpatuhan Pasien:
o Frekuensi: Ketidakpatuhan tercatat pada 30% pasien.
o Faktor Penyebab: Efek samping obat, ketidakpahaman pasien, dan kurangnya dukungan sosial.
2. Interaksi Obat:
o Frekuensi: Terjadi pada 15% pasien, terutama dengan obat untuk komorbiditas seperti diabetes dan HIV.
o Faktor Penyebab: Kurangnya pemantauan interaksi obat oleh tenaga kesehatan.
3. Dosis Tidak Tepat:
o Frekuensi: Terjadi pada 10% pasien.
o Faktor Penyebab: Kesalahan pemberian dosis, terutama pada pasien anak dan lansia.
4. Efek Samping Obat:
o Frekuensi: Terjadi pada 25% pasien.
o Jenis Efek Samping: Gastrointestinal, hepatotoksisitas, dan ruam kulit.
o Faktor Penyebab: Kurangnya pengelolaan efek samping dan pemantauan rutin.
Dampak Klinis dan Ekonomi DTP
• Klinis: DTP berkontribusi pada peningkatan angka kekambuhan, resistensi obat, dan penularan TB.
• Ekonomi: DTP menyebabkan peningkatan biaya pengobatan dan perawatan, serta beban finansial bagi pasien dan sistem kesehatan.
Strategi Pencegahan dan Pengelolaan DTP
1. Pendidikan Pasien dan Keluarga:
o Intervensi: Edukasi mengenai pentingnya kepatuhan terapi, pengelolaan efek samping, dan tanda-tanda komplikasi.
o Hasil: Meningkatkan kepatuhan dan pemahaman pasien.
2. Pemantauan Terapi:
o Intervensi: Pemantauan rutin interaksi obat dan dosis oleh apoteker dan tenaga kesehatan.
o Hasil: Mengurangi risiko interaksi obat dan kesalahan dosis.
3. Manajemen Efek Samping:
o Intervensi: Pemberian obat tambahan untuk mengelola efek samping dan pemantauan fungsi hati.
o Hasil: Mengurangi angka efek samping yang berat dan meningkatkan keberhasilan terapi.
4. Penggunaan Teknologi Informasi:
o Intervensi: Implementasi sistem informasi kesehatan untuk memantau terapi dan mengingatkan pasien.
o Hasil: Meningkatkan koordinasi dan efisiensi layanan kesehatan.
Kesimpulan
DTP terkait OAT di pelayanan kefarmasian PUSKESMAS adalah tantangan yang signifikan dalam upaya pencegahan penularan TB. Identifikasi dan pengelolaan DTP melalui pendidikan pasien, pemantauan terapi, dan penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan keberhasilan terapi TB dan mengurangi beban kesehatan masyarakat. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi tersebut dalam jangka panjang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *