Pengetahuan Dan Perilaku Mahasiswa UniversitasSurabaya Terkait Upaya Pencegahan HIV/AIDS

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan pendekatan cross-sectional untuk mengevaluasi pengetahuan dan perilaku mahasiswa Universitas Surabaya terkait upaya pencegahan HIV/AIDS. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang mencakup pertanyaan terkait pengetahuan dasar tentang HIV/AIDS, sikap terhadap penderita HIV/AIDS, serta perilaku pencegahan yang dilakukan. Sebanyak 200 mahasiswa dari berbagai fakultas dipilih sebagai responden melalui teknik sampling acak. Analisis data dilakukan menggunakan uji statistik deskriptif untuk menggambarkan tingkat pengetahuan dan perilaku mahasiswa.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa memiliki pengetahuan yang baik mengenai HIV/AIDS, dengan 85% responden mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar terkait penularan dan pencegahan HIV dengan benar. Namun, ketika menilai perilaku pencegahan, hanya sekitar 60% yang secara konsisten menerapkan langkah-langkah pencegahan seperti penggunaan kondom atau mengikuti tes HIV secara berkala. Terdapat juga temuan bahwa terdapat miskonsepsi terkait HIV/AIDS di kalangan 15% responden, yang percaya bahwa HIV dapat menular melalui kontak sosial biasa, seperti bersalaman atau berbagi peralatan makan.

Diskusi

Hasil penelitian menunjukkan adanya kesenjangan antara pengetahuan dan perilaku mahasiswa dalam upaya pencegahan HIV/AIDS. Meskipun pengetahuan dasar tentang HIV/AIDS cukup tinggi, perilaku pencegahan yang tepat belum sepenuhnya diterapkan. Hal ini menunjukkan perlunya intervensi edukasi yang lebih efektif, yang tidak hanya meningkatkan pengetahuan tetapi juga mempengaruhi sikap dan perilaku mahasiswa secara positif dalam upaya pencegahan HIV/AIDS.

Implikasi

Implikasi dari penelitian ini menekankan pentingnya program edukasi berkelanjutan di lingkungan kampus yang tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga mendorong perilaku pencegahan yang nyata. Kampus dapat bekerja sama dengan lembaga kesehatan untuk mengadakan workshop, kampanye, dan menyediakan layanan konseling serta tes HIV secara gratis untuk mahasiswa. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab mahasiswa dalam upaya mencegah penyebaran HIV/AIDS.

Interaksi Sosial dan Stigma

Penelitian ini juga mengungkapkan adanya stigma yang masih melekat pada penderita HIV/AIDS di kalangan sebagian kecil mahasiswa. Stigma ini dapat mempengaruhi interaksi sosial dan memperburuk isolasi yang dialami oleh penderita. Oleh karena itu, penting untuk memasukkan materi anti-stigma dalam program edukasi HIV/AIDS agar mahasiswa dapat memahami bahwa HIV tidak menular melalui interaksi sosial biasa dan bahwa dukungan sosial sangat penting bagi penderita.

Pengaruh Kesehatan

Pengetahuan yang baik mengenai HIV/AIDS sangat berpengaruh terhadap perilaku pencegahan dan kesehatan umum mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang baik cenderung lebih sadar dalam mengambil langkah-langkah pencegahan, seperti menggunakan kondom atau tidak berbagi jarum suntik, yang sangat penting dalam mencegah penyebaran HIV/AIDS. Sebaliknya, kurangnya pengetahuan dan penerapan perilaku pencegahan dapat meningkatkan risiko penyebaran virus ini di lingkungan kampus.

Kesimpulan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Surabaya mengenai HIV/AIDS cukup tinggi, perilaku pencegahan yang diterapkan belum optimal. Edukasi yang lebih intensif dan program intervensi yang menargetkan perubahan perilaku diperlukan untuk memastikan bahwa pengetahuan yang ada diterjemahkan ke dalam tindakan yang efektif dalam pencegahan HIV/AIDS.

Rekomendasi

Rekomendasi dari penelitian ini termasuk peningkatan program edukasi HIV/AIDS di Universitas Surabaya, dengan fokus pada pengurangan stigma dan peningkatan perilaku pencegahan di kalangan mahasiswa. Selain itu, disarankan agar universitas bekerja sama dengan organisasi kesehatan untuk menyediakan layanan konseling dan tes HIV yang mudah diakses oleh mahasiswa, guna mendorong deteksi dini dan pencegahan yang lebih efektif.